Ga pernah terpikir di benakku sebelumnya bakal mengunjungi suku pedalaman, ya karena cerita-cerita menyeramkan dari teman-teman yang pernah berkunjung ke suku pedalaman. Suku Baduy, baru bulan Mei tahun 2010 aku mendengar ada suku Baduy, hmm benar-benar kurang pengetahuan ya aku ini. Tak apalah, inilah hidup dari ga tau kemudian tau terus mencari tau dan mengerti.
Dimasa kuliah ini aku bener-bener memuaskan hasrat sebagai remaja, dari mulai hobi, kebebasan, nyoba nyari uang, dan masih banyak lagi, yap, setelah terkungkung di rumah dari SD sampai SMA. Sudahlah, masa itu sudah berakhir, sekarang aku jelajahi yang belum terjelajah dalam hidupku.
27 Mei 2010, semua uda siap dengan packingannya masing-masing, jam 4 sore rombongan yang ada 14 orang sudah ada di Stasiun Jebres Solo. Hmm, kami mau mengunjungi Baduy, aha.. rencana tersebut memang susah terencana jauh-jauh hari, berkat ajakan ALB atau alumni Gova di daerah Jakarta. Serasa jenuh dengan rutinitas mereka dan mungkin kangen kali ngeliat penerus mereka yang muda-muda dan lebih seger, hehehe..
Sepanjang perjalanan sangat bosan, walopun banyak orang di rombongan. Karena ini perjalanan malam jadi ga ada pemandangan yang terlihat dan anak-anak yang lain juga pada molor. Aku sih biasanya juga molor, tapi ga untuk perjalanan kali ini, gila, ke Jakarta men, kota yang cuma pas Study tour kesana, itu pun udah lama kale… aku liat wajah 1 per 1 temen-temen yang emang bisa dibilang saudaraku, mereka tenang, ga kaya aku, huh, cah koq gumunan, batinku :p
05.00 matahari mulai muncul walaupun malu-malu. Perjalanan yang melelahkan, duduk dan tidur, ga da kegiatan lain. Tapi setelah matahari mulai keluar dari peraduannya aku melihat gunung yang tinggi menjulang disebelah kiriku, Ciremai, hmm, kenangan buruk, ah, sudahlah.
Jam 7 pagi sampai stasiun Jatinegara, lama banget ni kereta, padahal kita udah ditunggu sama rombongan ALB di stasiun Kota. Padahal jurusan ni kereta yaitu Tanah Abang terus kita musti ke Stasiun Kota ngumpul disana terus cap cuz ke stasiun Rangkas Bitung Banten.
Tik tok tik tok,, akhirnya sampai juga di Tanah Abang, turun dan langsung nyari kereta ke Stasiun Kota. Beli tiket tapi ternyata jam berangkatnya masih lama, haduh, musti ngejar jadwal kereta yang mau berangkat ke Rangkas bitung, hade.. akhirnya si Ipank yang uda tau Jakarte mutusin buat nyater angkot ke Stasiun Kota aja, yatta..
Sampai di stasiun Kota kita disambut meriah sama kepala-kepala suku kita, hehehe ALB kita maksudnya. Langsung aja mba Sulis beli tiket ke Rangkasbitung, dan tau ga harganya berapa, 2000 rupiah, hade, meragukan.
Jam 07.30 kereta pun berangkat, dan raguku tadi terbukti, gila ni kereta, ga layak pakai dalemnya walaupun harga tiketnya Cuma 2000. Stasiun demi stasiun kita lewati dan 2 jam perjalanan berasa 20 jam, panas, sumpek, ga nyaman banget, padahal kita dari Solo juga naik ekonomi. Gimana ya kabar ALB kita, hehehe, mereka kan uda biasa hidup enak :p, peace kakak.
4 jam perjalanan yang semoga saja Cuma sekali ini aku jalani. Ternyata rombongan yang lain juga merasakan hal yang sama, 1 kata kapok. Hmm, perjalanan ke Desa Baduy lebih berat lagi kata mas Rony yang dapet info dari supir mobil carteran. Dari Rangkasbitung kita menuju kampung atau desa Ciboleger, yup pintu masuk Suku Baduy. Dar Rangkasbitung kita nyater mobil ukuran L500, yang udah dipesen sama mas Rony, jadi kita ga perlu tawar-tawaran lagi, ga bisa kasih info tentang harga juga, maaf ^^V.
Oke dah, aku mau gambarin dikit aja suku Baduy. Baduy merupakan sebuah desa adat yang berada di daerah Banten, tepatnya di desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Desa Baduy ini terbagi menajdi dua bagian yaitu Baduy luar dan Baduy dalam. Yang sangat menarik desa Baduy ini yaitu masyarakatnya yang masih tradisional dan menjunjung tinggi adat istiadat.
Daerah Baduy ini terpecah lagi menjadi beberapa kampung. Baduy dalam yang ketat dengan adatnya meliputi kampung Cibeo, Cikeurta warna, dan Cikeusik. Sedangkan Baduy luar meliputi kampung Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya.
Baduy yang mempunyai luas areal sekitar 5.108 ha ini mengasingkan diri dari masyarakat luar (tertutup) dan menolak budaya ataupun agama dari luar Baduy itu sendiri dengan cara mereka menganggap daerahnya tersebut sebagai tempat yang sangat suci. Selain itu, masyarakat Baduy sedikit menutup diri dengan kedatangan masyarakat dari luar Baduy, karena mereka menganggap itu akan merusak atau bisa mempengaruhi budaya yang mereka junjung tinggi tersebut.
Menurut masyarakat setempat, mereka mulai menutup diri dari msayarakat luar Baduy semenjak daerah merka dijadikan objek wisata. Tapi pada dasarnya masyarakat Baduy luar maupun Baduy dalam sangat baik. Buktinya, pas kita berkunjung kesana mereka menyambut dengan baik, walaupun sedikit mengganggu karena rombongan kami yang terlalu banyak.
Kepercayaan masyarakat Baduy itu sendiri dikenal dengan sunda wiwitan yang berakar pada pemujaan arwah nenek moyang. Inti dari kepercayaan ini yaitu ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, tidak ada perubahan konsep ajaran yang dianut oleh masyarakat itu sendiri.
Menurut Wikipedia, kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy adalah Arca Diomas. Memang, ketika kami berkunjung ke daerah Baduy ini, tidak ada tempat-tempat yang mereka sebut Arca Diomas ini. mungkin tempat Arca Diomas ini mereka rahasiakan, takut ada kesuciannya terpengaruh oleh ajaran dari luar Baduy.
Selain keprcayaan, bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Saya sempet kesulitan juga berkomunikasi dengan mereka, okelah memang sebagian bisa bahasa Indonesia, tapi ibu-ibu yang saya ajak bicara itu kebanyakan ga bisa dan ga tau Bahasa Indonesia. Orang Kanekes ‘dalam’ tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja. Disana juga tidak ada sekolahan lo. Jadi musti keluar bagi yang ingin sekolah. Yatta.
Secara garis besar, antara Baduy luar dengan Baduy dalam sama. Tetapi ada sedikit yang membedakannya. Diantaranya, ikat kepala yang mereka pakai. Masyarakat Baduy dalam memakai ikat kepala yang berwarna putih sedangkan masyarakat Baduy luar memakai yang berwarna biru atau hitam. Selain ikat kepala, masyarakat Baduy dalam lebih ketat mengikuti adat dibandingkan dengan masyarakat Baduy luar yang sudah mulai mengenal bahkan mencangkok kebudayaan dari luar.
Yang perlu kita ingat ketika kita berkunjung ke Baduy (baduy luar ataupun baduy dalam) sebaiknya kita jangan pernah mengeluarkan barang-barang elektronik yang kita punya, baik itu handphone ataupun kamera. Konon katanya, masyarakat Baduy sangat anti dengan barang-barang teknologi karena itu akan mempengaruhi kesucian adat mereka. Tapi emang jangan mengeluarkan barang-barang elektronik, matikan aja ya :)
Selain barang elektronik, daerah Baduy ini juga memiliki peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat Baduy ataupun orang-orang yang berkunjung kesana. Peraturan tersebut yaitu kita dilarang ketika mandi ataupun hanya sekedar cuci muka disungai tidak boleh menggunakan sabun ataupun barang-barang lainnya. Kata masyarakat setempat itu bisa merusak atau mencemari lingkungan mereka.
Masyarakat Baduy ketika mandi, mereka tidak pernah menggunakan sabun, shampo ataupun odol untuk megggosok gigi tetapi mereka menggunakan rumput. Karena mereka menganggap itu lebih alami dan tidak merusak lingkungan. Masyarakat Baduy ini memiliki bahwa mereka harus menjaga kesucian daerah mereka dan kesakralan adat yang diciptakan oleh para leluhur tanpa mengubahnya sedikitpun. Tapi orang-orangnya kulitnya kaya seleb, gila, kinclong, putih dah, ada yang mirip nikita willy kata kakak.
Yap, itu gambaran suku Baduy, sekarang aku critain perjalanan kami berkunjung ke Baduy. Yatta. Desa Ciboleger bisa dikatakan pintu masuk menuju suku Baduy. Kendaraan juga hanya sampai sini aja, selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki, hmm, bagaimana nanti kabar ALB2 yang kebanyakan udah pensiun dari dunia hiking ya?
Jam menunjukan jam 4 sore, hmm, sudah mau gelap, kita ambil resiko perjalanan malam kali ini, katanya Guide si cuma 3-4 jam menuju Desa Cibeo, tapi kita bawa sesepuh yang tau sendiri lah kalo udah berumur, hehehe, sekali lagi peace kakak. Semua mempersiapkan senter biar ntar ga bingung nyari-nyari. Yap, sudah berganti pakaian tempur, dengan ransel yang disampingnya sudah tersedia minum kalau haus :D
Begitu masuk desa kita disambut sama lurah yang disebut Jaro, dan emang kita musti lapor dulu sama Jaro sebelum masuk. Naik naik naik dan naik, hum kaya naik gunung aja, tapi ini lebih variasi koq. Belum terlalu jauh kita nglewatin danau yang banyak orang nyari ikan alias mincing, hehehe, poto. Malam semakin dekat, aku aja sempetin sholat magrib di gubuk. Jarum jam terus berputar, perjalanan juga semakin melelahkan, karena musti jadi sweaper, ga enak banget kan moso ALB masih jadi sweaper, no problem kakak, hanya berusaha menjadi sosok kalian dulu :)
Tepat jam 8 malam, rombongan yang belakang bertemu dengan rombongan depan dan waktunya makan walaupun hanya di tempat terbuka, nikmat sekali. Setelah makan, perjalanan dilanjutkan, yatta, akirnya jam setengah 12 kami sampai di Cibeo, tempat kita menginap, huhuhu, Alhamdulillah.
Paginya kita berbincang-bincang sama jubirnya Baduy Dalam, make bahasa Indonesia tentunya. Banyak pedagang yang entah itu dari Baduy Dalam atau Luar di sini menjajakan dagangannya ke pengunjung, karena emang ga cuma rombongan kita yang berkunjung kesini. Ada kaos, gelang, dan pernak pernik lainnya. Berhubung aku lagi mepet uangnya, aku beli gelang aja, tapi aku suru buatin di tanganku langsung, sampai sekarang belum aku copot ni :D Berinteraksi dengan orang suku Baduy Dalam sangat nyenengin, walaupun komunikasinya terkadang make bahasa isyarat, maklum aku ga bisa bahasa sunda euy. O ya, orang-orang di Baduy Dalam itu pakaiannya putih-putih, kulit mereka juga putih-putih -.- anak-anak kecil perempuan disana udah dipakaiin baju panjang semacam daster gitu, wah lucu banget kaya boneka. Mana anak kecilnya pada diumbar lagi, tanpa pengawasan, padahal mereka mandinya di kali lo.
Menurut info orang bule ga boleh masuk ke Baduy Dalam lo. Memang adat istiadat Baduy Dalam masih sangat kental. Pimpinan suku Baduy disebut Puun, jadi di tiap-tiap desa ada Puun sendiri-sendiri. Pernikahan di Suku Baduy Ada tiga proses lamaran yang diajukan keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan. Lamaran pertama diajukan untuk mengungkapkan keinginan meminang anak perempuan. Setelah delapan bulan, lamaran kedua diajukan. Lamaran kedua merupakan bukti kesungguhan keluarga laki-laki menikah dengan anak perempuan keluarga itu. Selang lima bulan, lamaran ketiga diajukan, dan jika disetujui pernikahan dapat segera dilangsungkan. Ketiga lamaran ini harus dilalui oleh setiap warga Baduy, terutama di Baduy Dalam. Untuk Baduy Luar, banyaknya lamaran bisa kurang dari tiga kali. Selama masa lamaran ini, pinangan laki-laki masih mungkin ditolak. Selama masa lamaran, warga Baduy menjalani bobogohan atau yang kita kenal sekarang sebagai pacaran. Bobogohan merupakan saat perkenalan antara laki-laki dan perempuan yang akan menikah atau dinikahkan. Laki-laki mengunjungi perempuan, calon istrinya. Tetapi, kedatangan laki-laki ini tidak boleh sendiri. Ia harus datang bersama teman- teman laki-laki. Di Baduy seorang laki-laki dan perempuan yang belum menikah tidak boleh terlihat berduaan. Dalam proses tersebut seorang Puun juga harus ikut andil alias musti terlibat didalamnya. O ya, adat Baduy melarang poligami atau poliandri, yatta.
Peralatan yang ada di rumah-rumah masih tradisionil buanget lo, gelas dan piring aja masih make bambu, hmmm. O ya, belum aku certain bentuk rumahnya, rumah Suku Baduy Dalam tu kaya rumah panggung gitu, jadi musti naik tangga bambu sekitar 3-4 anak tangga, ruangan di dalam pun juga Cuma 2-3 ruangan aja, ruang tamu, dapur, dan gudang mungkin, hehehe, aku kan ga menjelajah :p. eh iya, kita mungkin ga kasih uang buat berkunjung ke Baduy ini, tapi layaknya seorang tamu jauh kami disarankan membawa bingkisan berupa terasi dan ikan asin, ga tau buat lambang apa, tapi emang gitu adatnya.
Mungkin baru itu yang bisa aku gambarin. Siang hari kami musti turun ke Gajeboh tempat nginep kita sebelum turun ke Ciboleger lagi esok pagi, ngejar biar gak kemaleman nyampe Jakarta cuy, kan kasian ALB yang udah pada kerja, kalo mahasiswa kaya kita mah enjoy aja, kan libur :D
Ga kalah seru ni perjalanan ini, soalnya kita turun ke Ciboleger lagi itu lewat jalan yang beda :D karakteristik jalannya si sama, tapi kalo kita lewat jalan yang belum terlewati tu rasanya asik gimana gitu. Sempet kita ketemu sama penjual pete dan aku menyerbunya donk, malu juga cuma aku aja yang doyan tu lalapan. Setelah melewati bukit-bukit sampailah kita di perkampungan yang sudah termasuk Baduy Luar, tapi rasanya masih kaya di Baduy dalam, walaupun kamera sudah kita keluarkan buat jeprat jepret karena menurut guide batas penggunaan barang elektronik dan bahan kimia adalah sungai besar yang kita lewatin tadi.
Berasa piknik keluarga niy,, tapi emang keluarga besar Gopala Valentara plus Alumni FH UNS, hehehe, nyempil ya mba mba :p
Sebelum nyampe tempat nginep di Gazeboh ada jembatan kayu lagi, kayaknya emang tiap desa dibatesin sungai kali ya, kita sempetin foto-foto di jembatan kayu yang kokoh ini. Jam 4 sore kita sampai di tempat nginep, tempatnya sama siy kaya di Baduy dalam, tapi tetep ni yang punya mbah mbah ga bisa bahasa Indonesia, nasib. Disini juga ada kamar mandi, walaupun ga da tutupnya –", tapi aku sama Vika lebih milih mandi di sungai karena kelamaan nunggu yang sampai malem. Sempet ada rasa was was, tapi gapapalah, uda malem ini, hehehe, ga keliatan cin kalo ga make senter.
Malemnya kita ngumpul, kaya keluarga gitu, bikin kopi, hmm, sedap dah, kangen sama suasana kaya kemarin, padahal kan ada yang baru sekali ntu aku ketemu ma orang-orangnya. Cerita ngalor ngidul gitu, termasuk rencanaku naik Ciremai atau Salak atau Gede Pangrango sama mas Heru dan temen-temen yang lain. Ampe malem banget, terus bobo bentar dah buat isi tenaga besok pagi menuju Ciboleger. Yang aku tahu ada yang bobo diluar, ga kebagian tempat ya mas? :p
Paginya, sekitar jam 8 kita uda siap berangkat, ga make mandi ah, cumuk aja :p. sebelumnya nikmatin suasana desa ini dulu, hmmm. Nyaman banget. Eh ya, disini juga belum ada penerangan lo. Perjalanan kali ini sama mengasyikan lo, kringet juga bercucuran, tapi canda tawa ga lepas dari kami. Setelah sekitar 3 jam jalan kita ketemu penjual cendol, tapi entahlah nama disana yang penting aku langsung serbu, setelah nanya masih jauh ga kata penjualnya udah deket, 15 menit lagi, asik asik.
Abis dhuhur kita uda sampai di Ciboleger semua, termasuk tadi uda mampir beli cangkir, beli baju dan beli oleh-oleh lainnya. Bersih-bersih, prepare dan pulang menuju Rangkasbitung. Dan naik kereta yang super duper sumpek sangat sangat. Bener aja, sampai di Rangkasbitung kereta belum datang, tapi calon penumpang bejibun, alamat ga dapet tempat duduk niy. Yap, setelah nama nunggu, ampe guling-guling gara-gara bosen datanglah kereta yang aku ma rombongan udah males gitu buat naik, abisnya uda penuh puol, hasilnya rombongan cowo ga pada duduk, terus rombongan ALB dan cewe-cewe pada dapet tempat duduk, walaupun mencar-mencar, sumpah kalo ga kepepet aku ga bakal naik kereta ini lagi, pas lah ma 2000 rupiahnya. Pak Menhub, ni lo diperhatiin :B
Berbagai macam pose tidur udah kita peragain tapi belum nyampe juga di Jakarta, ampun dah, uda ga betah kakak. Abis magrib gitu kita udah sampai di daerah Jakarta, aku ga tau daerah mana, tapi mba Sulis sama Mas Totok turun duluan karena emang rumah mereka deket situ. Kalo rombongan lain menuju stasiun Kota lagi. Ya Allah, paringono sabar, moso udah mau sampai cuma 15 menit kata mas Heru keretanya macet, ga tau nunggu apa. Tapi disitu malah bikin kita ngumpul kaya keluarga yang dirumah gitu. Hmm,.
Jam 7 kita sampai di stasiun kota dan bingung niy rombongan Solo mau diarahin kemana, hehehe. Tapi kita sepakatin buat tidur ke tempat Ipank di daerah Jatinegara. Naik busway :O pengen ketawa aja kita, emang sebagian besar dari kita itu baru sekali naik Busway, untung ada Mba C’mul yang satu arah ma kita. Kalo ngebayangin kejadian waktu itu bikin ketawa-ketawa sendiri, maaf ya mba mba mas-mas yang ada di Busway waktu itu. Selanjutnya aku ga bisa cerita lagi soalnya daerah-daerah di Jakarta belum tau faseh, besuk dah kalo kesana lagi aku pegang peta, biar tau arah tujuannya. Kalo kemarin masih ada Ipank sama mba C’mul ya aku tinggal ngikut aja. Jam 10.30 kita sampai di rumah Ipank, go to bath, hah, ga suka sama cuaca di Jakarta, kemrungsung gitu. Yap, akhirnya menikmati kasur setelah bersumpek-sumpek ria di kereta.
Mungkin kita masih musti melanjutkan perjalanan ke Solo, tapi musti istirahat dulu dah. Makasih buat Mas Heru, Mas Rony, Mas Indra, Mas Totok, Mas Anjar, Mas Imuk, Mba C’mul, Mba Sulis, Mba Anggek, Mba Anggi (maaf mba lupa panggilanmu :p), Dx Dita uda nganter kita ke Baduy, pengalaman baru, ga Cuma kenal gunung, tebing n pantai tapi ternyata masih ada masyarakat adat yang menjunjung tinggi nilai kealaman dan adat istiadat. Banyak cerita, banyak pengalaman, banyak belajar dari kalian, semoga besok aku bisa kaya kalian :)